analisis SWOT pada PT Kalbe Farma  

Diposting oleh Adies Sepria Humam



PROFIL PERUSAHAAN
PT Kalbe Farma adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang sudah berdiri sejak 1966. Visi Kalbe adalah menjadi dominan dalam bisnis kesehatan di Indonesia dan menjadi pemain dalam pasar global dengan brand yang kuat, peningkatan melalui manajemen yang bagus dan teknologi yang canggih. Misi Kalbe adalah meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Nilai utama dari Kalbe adalah integritas, kerjasama yang kuat, inovasi, agility dan memberikan yang terbaik untuk konsumen.

Ada banyak faktor yang mendukung, menstimulasi dan mempercepat kemajuan Kalbe pada dasarnya ada 4 kunci sukses yang membuat Kalbe mampu berprestasi, yaitu :
1. Produk inovator yang bervariasi
2. Strategi marketing yang solid
3. Komitmen yang tinggi pada Research & Development
4. SDM yang reliabel


produk-produk Kalbe Farma :


ANALISIS SWOT

Strength / Kekuatan
Kalbe merupakan market leader untuk produk kesehatan dan market leader untuk produk ethical. Produk-produknya merupakan leading brand dengan berbagai segmentasi pasar yang spesifik. Selain itu produknya merupakan inovator dengan mengembangkan obat-obatan dengan rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun aliansi strategis dengan mitra internasional, serta banyak menghasilkan produk-produk baru berbasis teknologi tinggi.

Pada tanggal 16 Desember 2005, manajemen Kalbe telah berhasil melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan PT Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Penggabungan ini akan memberikan peluang bagi masa depan Kalbe dalam meningkatkan efisensi dan efektivitas. Merger yang melibatkan PT Enseval sebagai superholding dan 3 anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut, membentuk perusahaan yang betul-betul terintegrasi. Secara Horisontal, Kalbe "baru" menawarkan rentang produk mulai jauh lebih luas dari berbagai obat dan makanan kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara Vertikal, mereka melakukan kegiatan pengadaan bahan baku, manufakturing produk jadi, pemasaran, sampai penjualan dan distribusi.

Kalbe memiliki pengalaman cukup panjang dan dari segi finansial pendapatan Kalbe meningkat sekitar 18% per tahun. Manajemen Kalbe memiliki personel yang berpengalaman, termasuk didalamnya mantan Dirjen BPOM dalam mengembangkan, memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehatan dan farmasi. Dilengkapi dengan tim yang solid serta kerjasama yang baik antar departemen internal dan hubungan yang erat dengan mitra, PT Kalbe Farma Tbk. semakin mengukuhkan diri dalam jajaran perusahaan besar di Indonesia.

Pada bagian produksi, Kalbe memiliki 7 GMP (Good Manufacturing Practice yang telah berstandar internasional dengan 2 GMP tambahan yang masih dibangun. Komitmen Kalbe dalam hal ini telah diakui melalui serangkain hasil pengujian badan sertifikasi. Semua fasilitas milik produk Kalbe dan anak perusahaan telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001, sementara PT Dankos Laboratories dan PT Bintang Toedjoe juga telah meraih sertifikat ISO 14001 serta OHSAS 18001/SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kalbe dan Dankos secara konsisten berhasil mempertahankan pencapaian yang sangatmemuaskan dalam penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik, yaitu nomor 5 dan 2 diantara semua perusahaan yang telah tercatat di BEJ pada tahun 2005.

Pada bagian distribusi, kalbe memiliki tenaga pemasaran 6000 personel dengan 1 juta outlet di seluruh Indonesia. Ditopang struktur bisnis yang lengkap, yakni memiliki perusahaan distribusi dan jaringan rumah sakit yang mengusung Mitra Keluarga dan Mitra Internasional, ternasuk sekolah perawat.

WEAKNESS / KELEMAHAN
Ekspansinya ke noncore-business, seperti ke bisnis property (PT Kalbe Land) dan pendidikan (STIE Kalbe). Ekspansi ini dapat mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam pengembangan bisni farmasi.

Penjualan Ekspor sampai dengan spetember 2005 bertumbuh sebesar 127,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. sedangkan penjualan lokal bertumbuh dengan 28,6%. Meskipun ekspor tumbuh sangat besar, namun melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat membawa keuntungan yang besar juga. Pasalnya 90% bahan baku masih impor, sehingga harganya juga melonjak. Akibatnya, persentase laba kotor (gross margin) hanya mencapai 54,3%. Hal ini disebabkan karena komponen impor dari obat sangat tinggi yaitu 90% dari bahan baku yang digunakan (bahan aktif dan bahan pembantu) serta 50% dari bahan pengemas yang digunakan.

Bahan aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya belum berarti dan belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing dibandingkan dengan sumber dari luar negeri. Upaya-upaya untuk meningkatkan self sufficiency dibidang pengadaan bahan baku sering terbentur permasalahan :

* Banyaknya jenis bahan baku yg digunakan oleh industri farmasi (hingga 6000 items) sehingga banyak pemakaian per item yang tidak memenuhi skala produksi ekonomis

* Masalah utama adalah pengadaan bahan baku untuk bahan dasar produksi bahan baku yang terkait dengan :

1. kurang berkembangnya industri kimia hulu yang bisa menopang pengadaan intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat. Ketergantungan pada intermediates dari luar negeri pada tingkat tertentu bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari sintesis lokal.
2. Kurang adanya koordinasi antar industri terkait misalnya industri petrokimia dengan industri farmasi. Sering terjadi industri farmasi mengalami kesulitan karena intermediate-nya tidak bisa dibuat lokal.

Kelemahan pada dasarnya industri farmasi memang industri yang knowledge intensive dan highly regulated tetapi aspek regulasi industri farmasi di Indonesia cukup berat yang bersumber dari :

* policy yang ada dibuat dengan semangat pengawasan dan bukan pegembangan;
* pelaksanaan tersa lamban karena tidak seimbang antara pengawas dari pihak pemerintah dengan pihak swasta yang harus dilayani;

Mata rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan distribusi hasil produksi industri farmasi masih belum seimbang baik secara kualitatif dan kuantitatif.

* Misalnya ratio dokter perpopulasi di Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1 juta penduduk.
* jumlah apotik saat ini berjumlah 6000 buah yang terkonsentrasi di kota-kota untuk melayani rakyat indonesia yang lebih dari 200 juta penduduk. Program pharmaceutical care juga belum berjalan dengan baik sehingga mengurangnya pemanfaatan obat secara optimal di masyarakat.
* Distributor yang jumlahnya cukup banyak tetapi tidak mempunyai jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga biaya distribusi relatif mahal.

OPPORTUNITY / PELUANG
1. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di Asia Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8% dari populasi penduduk dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada GDP dan kemungkinan akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun ke depan. Konsumsi produk farmasi termasuk resep dan OTC diperkirakan 7 milyar dan berkembang menjadi 13% dari 2005 sampai 2010. Serta terbukanya peluang ekspor sebagai akibat dari penurunan nilai mata uang rupiah dan pelaksanaan Good Manufacturing Practice yang baik di Indonesia.

Tahun 2000 Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar pada pasar internasional. Awalnya perusahaan melempar produk ke ASEAN seperti malaysia dan singapura. Kemudian sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal ini dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi pertama Trading Based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor loka di negara-negara tujuan ekspor. kerjasama ini sangat simpel karena hanya sebatas aktivitas jual-beli saja. Namun, lewat jaringan para trader ini produk Kalbe ada dibanyak negara seperti Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi di negara-negara tersebut. Strategi kedua, Marketing Based. Kalbe membangun kantor perwakilan di setiap negara tujuan yang dari survei internal berpotensi bagi pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor perwakilan Kalbe di beberapa negara, seperti Malaysia (untuk pasar Malaysia dan Singapura), Myanmar, Kamboja, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas melakukan aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT Kalbe Farma berencana membangun pabrik Orange Kalbe limited di Nigeria. Pembangunan pabrik ini untuk memperkuat pangsa pasar di afrika barat. "Nigeria akan dijadikan sebagai basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma." kata Dirut PT Kalbe Farma Johannes Setijono. rencananya pabrik itu akan digunakan untuk memproduksi obat-obat OTC (Obat Tanpa Resep) dan minuman energi.

2. Kecenderungan berkembangnya sistem penanganan kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.

THREAT / ANCAMAN
1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkan "perang saudara" terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lg di produk-produk farmasi yang berada dikategori yang sama. Di obat flu misalnya, Kalbe memiliki Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan yang cukup ampuh, Mixagrip. Lantaran Danskos dan Kalbe bisa melihat data masing-masing, mereka bisa saling menjatuhkan.
2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat masyarakat Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar lokal.
3. Diberlakukannya Undang-Undang Paten tahun 1997 dan direvisi 2001, industri farmasi Kalbe Farma yang terbiasa mengandalkan pengembangan produk-produknya pada strategi copy cat produk-produk baru yang masih dilindungi paten, mejadi sulit untuk mengembangkan produk-produknya.
4. Legal Sistem, belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat menjadi lebih sulit untuk dikontrol.
5. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi. Kalbe mengakui jika produknya masih belum mampu bersaing dengan produk dari Amerika Serikat.

This entry was posted on 20.35 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar